FAKTAPUBLIK.ID — Suasana politik di SMA Negeri 2 Tilamuta mencapai titik puncak. Aula sekolah yang biasanya menjadi ruang kegiatan akademik kini menjelma menjadi gelanggang politik penuh strategi dan dinamika yang intens. Lima pasangan calon Ketua dan Wakil Ketua OSIS periode 2025/2026 tampil percaya diri, masing-masing mengandalkan kekuatan basis dukungan dan jaringan politik internal yang terorganisir rapi.
Pemilihan yang dimulai pukul 09.30 WITA ini berlangsung demokratis dan tertib. Setiap kandidat hadir bukan sekadar mengikuti seremoni pemilihan, tetapi tampil sebagai aktor politik muda yang beradu visi, misi, dan kemampuan membangun komunikasi politik yang efektif. Mereka menunjukkan kedewasaan dalam berkompetisi, mengedepankan gagasan tanpa melibatkan sentimen pribadi.

Tiga hari menjelang pemungutan suara, suhu politik di lingkungan sekolah mulai meningkat. Para kandidat mulai melakukan manuver politik yang cermat, dari konsolidasi internal tim sukses hingga membangun jaringan dukungan di setiap kelas. Strategi komunikasi dijalankan dengan hati-hati: ada yang mengedepankan diplomasi program unggulan, ada pula yang mengandalkan pendekatan figur dan kharisma kepemimpinan. Meskipun tensi kompetisi tinggi, kontestasi tetap berjalan sehat tanpa kampanye hitam atau politik saling menjatuhkan. Yang terjadi justru adu strategi dan narasi politik yang menunjukkan kedewasaan demokrasi di kalangan siswa.

Pada hari pemilihan, para siswa sebagai pemilih tampak sangat antusias menyalurkan hak suaranya. Dengan sikap tenang namun penuh keyakinan, mereka memasukkan surat suara ke dalam kotak yang dijaga oleh Komisi Pemilihan OSIS. Sejumlah siswa mengaku telah menentukan pilihan jauh hari sebelumnya, setelah menimbang visi dan rekam jejak para kandidat.
“Kami memilih bukan karena kedekatan, tapi karena program dan cara mereka berbicara soal perubahan,” ujar salah satu siswa kelas XI yang ditemui usai memberikan suaranya.

Aula SMAN 2 Tilamuta pun berubah menjadi arena adu pengaruh dan kekuatan politik yang sah dan terbuka. Para pemilih menunjukkan kedewasaan politik yang luar biasa memilih dengan kesadaran, bukan karena tekanan. Fenomena ini menjadi bukti bahwa siswa SMAN 2 Tilamuta telah memahami substansi demokrasi bukan sekadar seremonial, tetapi proses rasional dalam menentukan pemimpin yang layak dipercaya.
“Yang kita saksikan hari ini adalah pendidikan politik yang nyata. Mereka belajar bersaing tanpa bermusuhan, tidak saling menjatuhkan dan belajar memimpin dengan gagasan, bukan emosi,” ujar Pembina OSIS SMAN 2 Tilamuta, Djamaluddin Kamba.
Hingga berita ini diterbitkan, proses pemungutan suara masih berlangsung. Namun satu hal menjadi jelas pertarungan politik di SMAN 2 Tilamuta bukan sekadar ajang memilih ketua OSIS, melainkan panggung pembelajaran politik praktis yang membentuk karakter dan integritas generasi muda demokratis.(*)






